BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang
individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan, dengan berinteraksi tersebut,
seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik
secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori
pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring
dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya
digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya
ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung, bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak
kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung
unta.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan Psikologi?
2.
Apakah yang dimaksud dengan pendidikan?
3.
Bagaiman sejarah perkembangan Psikologi
Pendidikan?
4.
Siapa saja tokoh-tokoh dibalik
perkembangan Psikologi Pendidikan?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
psikologi
2.
Untuk mengetahui pengertian dari
pendidikan
3.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan
Psikologi Pendidikan
4.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh dibalik
perkembangan psikologi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi dan Pendidikan
Psikologi berasal dari istilah bahasa
Inggris psychology . Kata psychology
merupakan rangkaian dua suku kata yang berasal dari bahasa Yunani(Greek) yaitu:
“psyche” yang berarti “jiwa” dan “logos” yang berarti ilmu. Dengan demikian,
psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa . Istilah psikologi dan
ilmu jiwa, pada mulanya sering digunakan secara bergantian, karena dianggap
memiliki kesamaan arti. Namun , akhir-akhir ini setelah psikologi berkembang
luas dan berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu, maka istilah “psikologi”
dibatasi pada hal-hal yang bersifat ilmiah saja, objek yang dapat diamati,
dicatat dan diukur.Sedangkan istilah “ilmu jiwa” pengertiannya lebih luas,
yakni mencakup persoalan jiwa yang tidak selalu bisa diilmiahkan, seperti ilmu
ramalan nasib, perdukunan dan lain sebagainya.
Namun, sebelum psikologi menjadi
disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu
kedokteran dan filsafat, yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam
ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan
terasa oleh organ-organ biologis (jasmani).
Sedangkan dalam ilmu filsafat, yang hakikatnya sebagai “ibu kandung” psikologi, berperan
serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal,
kehendak dan pengetahuan. Akibat adanya kontak dengan berbagai disiplin ilmu,
maka berkembang berbagai macam definisi psikologi yang berbeda, diantaranya :
1. Psikologi
adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
2. Psikologi
adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
3. Psikologi
adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)
Menurut Gleitman(dalam Dalyono,2001),
bahwa psikologi dalam kaitannya dengan
manusia, didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku
manusia, alasan, carabagaimana mereka berpikir dan atau motivasi mereka melakukan suatu
perbuatan dan juga bagaimana mereka berpikir dan berperasaan.
B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik. Kata
didik mendapatkan awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, berarti memelihara
dan member latihan.Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha
pengajaran dan pelatihan.
C. Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan, menurut sebagian
ahli adalah subdisiplin psikologi dan bukan psikologi itu sendiri.Psikologi
pendidikan secara sederhana menurut Barlow (1985), adalah sebuah pengetahuan
berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber untuk
melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya, dalam buku Educational
Psychology, Witherington(dalam Dalyono,2001), mendefinisikan psikologi
pendidikan sebagai”A systematic study of
the procces and factors involved in the education of human being is called
educational psychology”.Definisi ini menekankan bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis
tentang proses-proses dan factor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia. Dari
beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, kami mengambil kesimpulan bahwa
Pengertian
Psikologi Pendidikan
adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia
pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk
mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Berdasarkan dari berbagai definisi
tersebut, maka psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian, yaitu
:
1.
Siswa, yaitu individu yang sedang
belajar, termasuk pendekatan strategi, factor yang mempengaruhi, dan prestasi
yang dicapai
2.
Guru, yaitu individu yang berkewajiban
atau bertugas mengajar termasuk metode,modelstrategi dan lain-lain yang
berhubungan dengan penyajian materi pelajaran.
D. Sejarah Singkat Perkembangan
Psikologi
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri
sendiri, psikologi sangat kental dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan
alam.Psikologi pada saat dipengaruhi oleh filsafat, seperti Rane Descartes
memandang manusia sebagai mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan,
yaitu “jiwa dan raga”.Hubungan antara jiwa dan raga saling mempengaruhi sebab
adanya kelenjar pinealis yang terdapat dalam otak.Namun, pada saat psikologi
berada di bawah pengaruhi ilmu pengetahuan alam, psikologi diterangkan secara
kausal, dan psikologi dihubungkan dengan fisiologi.
Psikologi mulai menampakkan perkembangan
dan kemajuan yang agak pesat ketika awal abad XIX.Pada waktu itu, banyak ahli
yang aktif melakukan penelitian dibidang fisika, fisiologi dan kimia yang
dihubungkan dengan reaksi-reaksi manusia pada kondisi tertentu. Perkembangan
psikologi yang modern ketika itu sangat erat kaitannya dengan
eksperimen-eksperimen yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman inderawi
(sensasi).
Psikologi mulai mandiri dan berdiri
sebagai disiplin ilmu tersendiri pada tahun 1879, yang dipelopori oleh Wilhelm
Wundt yang merupakan seorang yang berkebangsaan jerman yang juga seorang
dokter, filsuf dan seorang ahli fisika.Wilhelm Wundt mendirikan sebuah
laboratorium psilokogi pertama di Leipzing jerman.Beliau banyak melakukan
eksperimen tentang proses-proses kesadaran,meliputi penginderaan dan perasaan.
Oleh karena itu, beliu mendefenisikan psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari
tentang pengalaman sadar” (the scienceof conscious experience).
Wundt dalam eksperimennya menyelidiki
tiga masalah utama yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu :
1) Proses
kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2) Cara
unsur-unsur itu saling berhubungan dan,
3) Menentukan
hokum atau aturan dari hubungan unsur –unsure tersebut (Nana Sudjana, 1991).
Teori
Wundt, didasarkan pada teori atom dalam ilmu kimia, Wundt beranggapan bahwa
mempelajari psikologi menyangkut telaah unsur-unsur dasar atau atom-atom
terhadap dasar pengalaman mental manusia, dalam
eksperimennya Wundt menggunakan metode intropeksi dalam menentukan dan
menganalisis unsur-unsur pengalaman manusia. Beliau sangat memusatkan
perhatiannya pada proses persepsi, sensasi dan pengalaman mental manusia
terhadap rangsangan-rangsangan yang diterimanya, hal ini dilakukannya
mengetahui cara atau proses berpikir manusia.
Upaya-upaya yang bersifat semi
ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan
sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan
pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui
bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan
yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan
kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai
pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi
pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya
perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel
Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui
perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan semboyan “belajar
sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan
bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi
dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan
sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman
itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abat 19 penelitian-penelitian
dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari
aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan
penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan,
bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama
semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad
20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para
pelajar, yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah
prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan
malasnya si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang
peranan. Maka untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi
yang bernama Alfred Binet, Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun
sejumlah tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui
inteligensi para pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes
inteligensi Binet-Simon ini sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di
Amerika Serikat, yang di negri itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat
tingkat kesesuaiannya dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara
para ahli yang mengambil bagian dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern,
Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga
diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya
melakukan aktivitas penelitian yang bersifat
“psikologi umum”, melainkan juga memegang peranan dalam psikologi pendidikan.
Banyak orang Amerika yang belajar di Leipzig kepada Wundt. Akibatnya setelah
mereka mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk psikologi pendidikan.
Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya Charles H. Judd, E.L.
Thorndike, B.F. Skinner dan sebagainya. Orang-orang ini sangat besar
pengaruhnya terhadap pendidikan di Amerika Serikat. Terutama E.L. Thorndike,
sehingga ia dipandang sebagai Bapak Psikologi Pendidikan di Amerika Serikat.
Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi Amerika Serikat yang bernama
Perry London, yang telah meneliti tentang penggunaan jasa psikologi di Amerika
Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi lapangan-lapangan tertentu adalah
: 25% merupakan para pendidik, 25% ahli psikologi klinis dan konsultan, 16%
merupakan para peneliti psikologi sendiri, sedang yang 34% tersebar pada
lapangan atau pakar yang lain.
E.
Tokoh-Tokoh Penting Di Balik Perkembangan
Psikologi Pendidikan
William James. Dia adalah seorang
filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai salah seorang
pendiri Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, James juga
terkenal sebagai seorang psikolog. Ia dilahirkan di New York pada tahun
1842. Setelah belajar ilmu kedokteran di Univ. Harvard, ia
belajar psikologi di Jerman danPerancis. Kemudian ia
mengajar di Universitas Havard untuk
bidang anatomi, fisiologi, psikologi, dan filsafat, hingga tahun
1907. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar pikologinya yang pertama, yang
pertama, principles of psychology, William James memberikan
serangkaian kuliah yang bertajuk “talks to Teacher”. Dalam kuliah ini dia
mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa
eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada
kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya
mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu
pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang
sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan
tujuan memperluas cakrawala pemikiran anak.
John Dewey. Dia adalah seorang filsuf dari Amerika
Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey
juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah
menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam
bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa
universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari
700-an artikel. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di
tingkat praktis. Banyak ide penting lahir dari pemikiran John Dewey. Pertama,
kita mendapatkan pandangan tentang anak-anak sebagai pembelajar aktif.
Pemikiran yang kedua dari Dewey adalah bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan
pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, ia percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya
mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus di ajari cara untuk
berpikir dan dan beradaptasi di luar sekolah sehingga anak-anak mampu
memecahkan masalah secara reflektif.
E.L Thorndike. Edward Lee “Ted” Thorndike (31 Agustus
1874 – 9 Agustus 1949) adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir
seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Dia adalah anggota
dewan Corporation Psikologis, dan menjabat sebagai presiden American
Psychological Association pada tahun 1912. Thorndike member banyak perhatian
pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar belajar secara
ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah
adalah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Ia
mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan
harus berfokus pada pengukuran.
F. Perkembangan Lebih Lanjut tentang Psikologi Pendidikan
Pendekatan Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan
bagi psikologi pendidikan di awal abad ke-20. Dalam ilmu psikologi Amerika,
padangan B.F Skinner, yang didasarkan pada ide-ide Thorndike, sangat
mempengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Skinner
berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh James dan Dewey adalah
proses yang tidak dapat diamati dan karenanya tidak bisa menjadi subyek studi
psikologi ilmiah yang menurutnya adalah ilmu tentang perilaku yang dapat
diamati dan ilmu tentang kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada
1950-an, Skinner mengembangkan konsep programmed learning (pembelajaran
terprogram), yakni setelah murid melalui serangkaian langkah ia terus di dorong
(reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Skinner
menciptakan sebuah alat pengajaran yang berfungsi sebagai tutor dan mendorong
murid untuk mendapatkan jawaban yang benar.
Akan tetapi, muncul keberatan terhadap pendekatan behavioral yang
dianggap tidak banyak tujuan dan kebutuhan pendidikan di kelas. Sebagai
reaksinya pada 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian kognitig yang
mencakup pengingatan, pemahaman, synthesizing, dan
pengevaluasian, yang menurutnya harus dipakai dan dan dikembnagkan oleh guru
untuk membantu murid-muridnya. Perspektif kognitif menyimpulkan bahwa analisis
behavioral terhadap instruksi sering kali tidak cukup menjelaskan efek dari
instruksi terhadap pembelajaran. Revolusi kognitif dalam psikologi pun mulai
berlangsung pada tahun 1980-an dan disambut hangat karena pendekatan ini
mangaplikasikan konsep psikologi kognitif untuk membantu murid belajar. Jadi,
menjelang akhir abad ke-20 banyak ahli psikologi pendidikan kembali menekankan
pada aspek kognitif dari proses belajar.
Pendekatan kognitif dan pendekatan behavioral hingga saat ini masih
menjadi bagian dari psikologi pendidikan, namun selama beberapa decade terakhir
abad ke-20, ahli psikologi pendidikan juga semakin memperhatikan aspek
sosioemosional dari kehidupan murid. Misalnya mereka menganlisa sekolah sebagai
konteks sosial dan mengkaji peran kultur dalam pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Psikologi
berasal dari istilah bahasa Inggris psychology
. Kata psychology merupakan rangkaian dua suku kata yang berasal dari
bahasa Yunani(Greek) yaitu: “psyche” yang berarti “jiwa” dan “logos” yang
berarti ilmu. Dengan demikian, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang
jiwa . Istilah psikologi dan ilmu jiwa, pada mulanya sering digunakan secara
bergantian, karena dianggap memiliki kesamaan arti.
2.
Pendidikan berasal dari kata didik. Kata
didik mendapatkan awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, berarti memelihara
dan member latihan.Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha
pengajaran dan pelatihan.
3. Wundt
dalam eksperimennya menyelidiki tiga masalah utama yang menjadi pusat
perhatiannya, yaitu :
1). Proses kesadaran serta unsur-unsur yang
membentuknya,
2). Cara unsur-unsur itu saling berhubungan dan,
3). Menentukan hokum atau aturan dari hubungan unsur
–unsure tersebut (Nana Sudjana, 1991).
B. SARAN
Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelebihan
maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadamirullah14.wordpress.com/2013/04/sejarah-perkembangan-psikologi-pendidikan-dan-tokoh-tokohnya-html/
Islamuddin.Haryu.2012.Psikologi
Pendidikn.Yogyakarta.Pustaka Belajar.
Sangat membantu Memahami materi Psikologi Pendidikan ..
BalasHapusTerima Kasih Banyak
Salam Kenal
HAZIMUL IHSANI
Signature: www.ntbpulsa.com
sangat membantu..terimaksih kak
BalasHapus