Rabu, 17 April 2013

sejarah perkembangan psikologi pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan, dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung, bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta.
B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan Psikologi?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan?
3.      Bagaiman sejarah perkembangan Psikologi Pendidikan?
4.      Siapa saja tokoh-tokoh dibalik perkembangan Psikologi Pendidikan?
C.  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari psikologi
2.      Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan
3.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan Psikologi Pendidikan
4.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh dibalik perkembangan psikologi Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Psikologi dan Pendidikan
Psikologi berasal dari istilah bahasa Inggris psychology . Kata psychology merupakan rangkaian dua suku kata yang berasal dari bahasa Yunani(Greek) yaitu: “psyche” yang berarti “jiwa” dan “logos” yang berarti ilmu. Dengan demikian, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa . Istilah psikologi dan ilmu jiwa, pada mulanya sering digunakan secara bergantian, karena dianggap memiliki kesamaan arti. Namun , akhir-akhir ini setelah psikologi berkembang luas dan berdiri sendiri sebagai disiplin ilmu, maka istilah “psikologi” dibatasi pada hal-hal yang bersifat ilmiah saja, objek yang dapat diamati, dicatat dan diukur.Sedangkan istilah “ilmu jiwa” pengertiannya lebih luas, yakni mencakup persoalan jiwa yang tidak selalu bisa diilmiahkan, seperti ilmu ramalan nasib, perdukunan dan lain sebagainya.
Namun, sebelum psikologi menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat, yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmani).  Sedangkan dalam ilmu filsafat, yang hakikatnya  sebagai “ibu kandung” psikologi, berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak dan pengetahuan. Akibat adanya kontak dengan berbagai disiplin ilmu, maka berkembang berbagai macam definisi psikologi yang berbeda, diantaranya :
1.    Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
2.    Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
3.    Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior)
Menurut Gleitman(dalam Dalyono,2001), bahwa psikologi  dalam kaitannya dengan manusia, didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan, carabagaimana mereka berpikir dan  atau motivasi mereka melakukan suatu perbuatan dan juga bagaimana mereka berpikir dan berperasaan.
B.  Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik mendapatkan awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, berarti memelihara dan member latihan.Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan.
C.  Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan, menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi dan bukan psikologi itu sendiri.Psikologi pendidikan secara sederhana menurut Barlow (1985), adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber untuk melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya, dalam buku Educational Psychology, Witherington(dalam Dalyono,2001), mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai”A systematic study of the procces and factors involved in the education of human being is called educational psychology”.Definisi ini menekankan bahwa  psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan factor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Dari beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, kami mengambil kesimpulan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Berdasarkan dari berbagai definisi tersebut, maka psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian, yaitu :
1.      Siswa, yaitu individu yang sedang belajar, termasuk pendekatan strategi, factor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai
2.      Guru, yaitu individu yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode,modelstrategi dan lain-lain yang berhubungan dengan penyajian materi pelajaran.
D. Sejarah Singkat Perkembangan Psikologi
Sebelum lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri, psikologi sangat kental dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan alam.Psikologi pada saat dipengaruhi oleh filsafat, seperti Rane Descartes memandang manusia sebagai mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu “jiwa dan raga”.Hubungan antara jiwa dan raga saling mempengaruhi sebab adanya kelenjar pinealis yang terdapat dalam otak.Namun, pada saat psikologi berada di bawah pengaruhi ilmu pengetahuan alam, psikologi diterangkan secara kausal, dan psikologi dihubungkan dengan fisiologi.
Psikologi mulai menampakkan perkembangan dan kemajuan yang agak pesat ketika awal abad XIX.Pada waktu itu, banyak ahli yang aktif melakukan penelitian dibidang fisika, fisiologi dan kimia yang dihubungkan dengan reaksi-reaksi manusia pada kondisi tertentu. Perkembangan psikologi yang modern ketika itu sangat erat kaitannya dengan eksperimen-eksperimen yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman inderawi (sensasi).
Psikologi mulai mandiri dan berdiri sebagai disiplin ilmu tersendiri pada tahun 1879, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt yang merupakan seorang yang berkebangsaan jerman yang juga seorang dokter, filsuf dan seorang ahli fisika.Wilhelm Wundt mendirikan sebuah laboratorium psilokogi pertama di Leipzing jerman.Beliau banyak melakukan eksperimen tentang proses-proses kesadaran,meliputi penginderaan dan perasaan. Oleh karena itu, beliu mendefenisikan psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari tentang pengalaman sadar” (the scienceof conscious experience).
Wundt dalam eksperimennya menyelidiki tiga masalah utama yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu :
1)      Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2)      Cara unsur-unsur itu saling berhubungan dan,
3)      Menentukan hokum atau aturan dari hubungan unsur –unsure tersebut (Nana Sudjana, 1991).
Teori Wundt, didasarkan pada teori atom dalam ilmu kimia, Wundt beranggapan bahwa mempelajari psikologi menyangkut telaah unsur-unsur dasar atau atom-atom terhadap dasar pengalaman mental manusia, dalam eksperimennya Wundt menggunakan metode intropeksi dalam menentukan dan menganalisis unsur-unsur pengalaman manusia. Beliau sangat memusatkan perhatiannya pada proses persepsi, sensasi dan pengalaman mental manusia terhadap rangsangan-rangsangan yang diterimanya, hal ini dilakukannya mengetahui cara atau proses berpikir manusia.
Upaya-upaya yang bersifat semi ilmiah dipelopori oleh para pendidik, seperti Pestalozzi, Herbart, Frobel dan sebagainya. Mereka itu sering dikatakan sebagai pendidik yang mempsikologikan pendidikan, yaitu dalam wujud upaya memperbaharui pendidikan dengan melalui bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat usia, metode yang sesuai dengan bahan yang diajarkan dan sebagainya, dengan mempertimbangkan tingkat-tingkat usia dan kemampuan anak didik. Pestalozzi misalnya, dengan upayanya itu kemudian sampai pula pada pola tujuan pendidikannya, yang disusun dengan “bahasa” psikologi pendidikan; dikatakan olehnya bahwa tujuan pendidikan adalah tercapainya perkembangan anak yang serasi mengenai tenaga dan daya-daya jiwa. Adapun Frobel Menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian melalui perkembangan sendiri, akativitas dan kerja sama social dengan semboyan “belajar sambil bekerja”. Herbart bahkan telah menyusun pola rangkaian cara menyampaikan bahan pelajaran, berturut-turut: persiapan, penyajian, asosiasi, generalisasi dan aplikasi. Tentu saja sifat dan luasnya usaha yang mereka hasilkan dan sumbangkan sesuai dengan zamannya, yaitu bahwa psikologi sebenarnya pada zaman itu belum berdiri sebagai ilmu pengetahuan yang otonom.
Akhir abat 19 penelitian-penelitian dalam lapangan psikologi pendidikan secara ilmiah sudah semakin maju. Di Eropa Ebbinghaus mempelajari aspek daya ingatan dalam hubungannya dengan proses pendidikan. Dengan penelitiannya itu misalnya terkenallah Kurve Daya Ingatan, yang menggambarkan, bahwa kemampuan mengingat mengenai sejumlah objek kesan-kesannya semakin lama semakin berkurang (menurun), akan tetapi tidaklah hilang sama sekali.
Pada awal abad 20 pemerintah Prancis merasa perlu untuk mengetahui prestasi belajar para pelajar, yang dirasa semakin menurun. Pertanyaannya yang ingin dijawap, apakah prestasi belajar itu semata-mata hanya tergantung pada soal rajin dan malasnya si pelajar, ataukah ada factor kejiwaan atau mental yang ikut memegang peranan. Maka untuk memecahkan problem itu ditunjuklah seorang ahli psikologi yang bernama Alfred Binet, Dengan bantuan Theodore Simon, mereka menyusun sejumlah tugas yang terbentuk dalam sebuah tes baku untuk mengetahui inteligensi para pelajar. Tes ini kemudian dikenal dengan tes Inteligensi. Tes inteligensi Binet-Simon ini sangat terkenal, yang kemudian banyak dipakai di Amerika Serikat, yang di negri itu mengalami revisi berkali-kali untuk mendapat tingkat kesesuaiannya dengan masyarakat atau orang-orang Amerika. Di antara para ahli yang mengambil bagian dalam revisi-revisi itu misalnya : Stern, Terman, Merril dan sebaagainya.
Perlu juga diketahui, bahwa laboratorium ciptaan Wundt di Leipzig juga tidak hanya melakukan aktivitas penelitian yang bersifat “psikologi umum”, melainkan juga memegang peranan dalam psikologi pendidikan. Banyak orang Amerika yang belajar di Leipzig kepada Wundt. Akibatnya setelah mereka mengembangkan psikologi itu di negaranya, termasuk psikologi pendidikan. Terkenallah psikologi pendidikan di Amerika misalnya Charles H. Judd, E.L. Thorndike, B.F. Skinner dan sebagainya. Orang-orang ini sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan di Amerika Serikat. Terutama E.L. Thorndike, sehingga ia dipandang sebagai Bapak Psikologi Pendidikan di Amerika Serikat. Menurut seorang pakar psikiatri dan psikologi Amerika Serikat yang bernama Perry London, yang telah meneliti tentang penggunaan jasa psikologi di Amerika Serikat, yang menggunakan jasa psikologi bagi lapangan-lapangan tertentu adalah : 25% merupakan para pendidik, 25% ahli psikologi klinis dan konsultan, 16% merupakan para peneliti psikologi sendiri, sedang yang 34% tersebar pada lapangan atau pakar yang lain.
E.  Tokoh-Tokoh Penting Di Balik Perkembangan Psikologi Pendidikan
William James. Dia adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai salah seorang pendiri Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, James juga terkenal sebagai seorang psikolog. Ia dilahirkan di New York pada tahun 1842. Setelah belajar ilmu kedokteran di Univ.  Harvard, ia belajar psikologi di Jerman danPerancis. Kemudian ia mengajar di Universitas Havard untuk bidang anatomi, fisiologi, psikologi, dan filsafat, hingga tahun 1907. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar pikologinya yang pertama, yang pertama, principles of psychology, William James memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “talks to Teacher”. Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan memperluas cakrawala pemikiran anak.
John Dewey. Dia adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang  pendidikan.  Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di tingkat praktis. Banyak ide penting lahir dari pemikiran John Dewey. Pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak-anak sebagai pembelajar aktif. Pemikiran yang kedua dari Dewey adalah bahwa pendidikan seharusnya di fokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, ia percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus di ajari cara untuk berpikir dan dan beradaptasi di luar sekolah sehingga anak-anak mampu memecahkan masalah secara reflektif.
E.L Thorndike. Edward Lee “Ted” Thorndike (31 Agustus 1874 – 9 Agustus 1949) adalah seorang psikolog Amerika yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di Teachers College, Columbia University. Dia adalah anggota dewan Corporation Psikologis, dan menjabat sebagai presiden American Psychological Association pada tahun 1912. Thorndike member banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah adalah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Ia mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.
F. Perkembangan Lebih Lanjut tentang Psikologi Pendidikan
Pendekatan Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan bagi psikologi pendidikan di awal abad ke-20. Dalam ilmu psikologi Amerika, padangan B.F Skinner, yang didasarkan pada ide-ide Thorndike, sangat mempengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Skinner berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh James dan Dewey adalah proses yang tidak dapat diamati dan karenanya tidak bisa menjadi subyek studi psikologi ilmiah yang menurutnya adalah ilmu tentang perilaku yang dapat diamati dan ilmu tentang kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada 1950-an, Skinner mengembangkan konsep programmed learning (pembelajaran terprogram), yakni setelah murid melalui serangkaian langkah ia terus di dorong (reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Skinner menciptakan sebuah alat pengajaran yang berfungsi sebagai tutor dan mendorong murid untuk mendapatkan jawaban yang benar.
Akan tetapi, muncul keberatan terhadap pendekatan behavioral yang dianggap tidak banyak tujuan dan kebutuhan pendidikan di kelas. Sebagai reaksinya pada 1950-an Benjamin Bloom menciptakan taksonomi keahlian kognitig yang mencakup pengingatan, pemahaman, synthesizing, dan pengevaluasian, yang menurutnya harus dipakai dan dan dikembnagkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya. Perspektif kognitif menyimpulkan bahwa analisis behavioral terhadap instruksi sering kali tidak cukup menjelaskan efek dari instruksi terhadap pembelajaran. Revolusi kognitif dalam psikologi pun mulai berlangsung pada tahun 1980-an dan disambut hangat karena pendekatan ini mangaplikasikan konsep psikologi kognitif untuk membantu murid belajar. Jadi, menjelang akhir abad ke-20 banyak ahli psikologi pendidikan kembali menekankan pada aspek kognitif dari proses belajar.
Pendekatan kognitif dan pendekatan behavioral hingga saat ini masih menjadi bagian dari psikologi pendidikan, namun selama beberapa decade terakhir abad ke-20, ahli psikologi pendidikan juga semakin memperhatikan aspek sosioemosional dari kehidupan murid. Misalnya mereka menganlisa sekolah sebagai konteks sosial dan mengkaji peran kultur dalam pendidikan.










BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
1.      Psikologi berasal dari istilah bahasa Inggris psychology . Kata psychology merupakan rangkaian dua suku kata yang berasal dari bahasa Yunani(Greek) yaitu: “psyche” yang berarti “jiwa” dan “logos” yang berarti ilmu. Dengan demikian, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa . Istilah psikologi dan ilmu jiwa, pada mulanya sering digunakan secara bergantian, karena dianggap memiliki kesamaan arti.
2.      Pendidikan berasal dari kata didik. Kata didik mendapatkan awalan “me” sehingga menjadi “mendidik”, berarti memelihara dan member latihan.Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan.
3.      Wundt dalam eksperimennya menyelidiki tiga masalah utama yang menjadi pusat perhatiannya, yaitu :
1). Proses kesadaran serta unsur-unsur yang membentuknya,
2). Cara unsur-unsur itu saling berhubungan dan,
3). Menentukan hokum atau aturan dari hubungan unsur –unsure tersebut (Nana Sudjana, 1991).
B. SARAN
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelebihan maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Islamuddin.Haryu.2012.Psikologi Pendidikn.Yogyakarta.Pustaka Belajar.



2 komentar:

  1. Sangat membantu Memahami materi Psikologi Pendidikan ..
    Terima Kasih Banyak
    Salam Kenal

    HAZIMUL IHSANI
    Signature: www.ntbpulsa.com

    BalasHapus
  2. sangat membantu..terimaksih kak

    BalasHapus